Sabtu, 11 April 2015

Produk Bersama dan Sampingan

A. Pengertian Produk Bersama Dan Sampingan
Definisi Biaya Bersama
            Biaya bersama dapat diartikan sebagai biaya overhead bersama (joint overhead cost)yang harus dialokasikan ke berbagai departemen, baik dalam perusahaan yang kegiatan produksinya berdasarkan maupun yang kegiatan produksinya dilakukan secara massa.
            Biaya produk bersama (joint product cost) adalah biaya yang dikeluarkan saat mula – mula bahan baku diolah sampai saat berbagai macam produk dapat dipisahkan identitasnya. Biaya produk bersama terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik.
            Pengertian pertama biaya bersama tersebut disebut biaya bergabung (common cost), sedangkan pengertian kedua disebut biaya bersama (joint cost) . biaya bergabung adalah biaya – biaya untuk memproduksi dua atau lebih produk yang terpisah(tidak diolah bersama) dengan fasilitas sama pada saat yang bersamaan.
            Biaya bersama dikeluarkan untuk mengolah bahan baku menjadi berbagai macam produk yang dapat berupa produk bersama (joint product), produk sampingan (by-product), dan produk sekutu (co-product). Produk bersama adalah dua produk atau lebih yang diproduksi secara serentak dengan serangkaian proses atau dengan proses gabungan. Nilai jual (kuantitas kali harga jual per satuan) masing – masing produk bersama ini relative sama, sehingga tidak ada diantara produk – produk yang dihasilkan tersebut dianggap sebagai produk utama ataupun produk sampingan. Produk sampingan adalah satu produk atau lebih yang nilai jualnya relatif lebih rendah, yang diproduksi bersama dengan produk lain yang yang nilai jualnya lebih tinggi. Pada umumnya perbedaan antara produk bersama dengan produk sampingan didasarkan pada nilai jualnya yang relative sama atau setidak – tidaknya material jumlahnya bila dibandingkan dengan seluruh pendapatan perusahaan, maka produk – produk tersebut merupakan produk bersama. Sebaliknya jika nilai jual salah satu produk relative kecil bila dibandingkan dengan total pendapatan perusahaan, maka produk tersebut merupakan produk sampingan. Pembedaan produk bersama dan produk sampingan atas dasar kriteria nilai jual tersebut memungkinkan produk  yang ada pada suatu saat diperlakukan sebagai produk sampingan, di saat lain dapat menjadi produk bersama, atau sebaliknya.
Karakteristik Produk Bersama dan Produk Sampingan
Produk bersama memiliki karakteristik sebagai berikut :
a.       Produk bersama merupakan tujuan utama kegiatan produksi.
b.      Harga jual produk bersama relative tinggi bila dibandingkan dengan produk sampingan yang dihasilkan pada saat yang sama.
c.       Dalam mengolah produk bersama tertentu, produsen tidak dapat menghindarkan diri untuk menghasilkan semua jenis produk bersama, jika ia ingin memproduksi hanya salah satu di antara produk bersama tersebut. Dalam perusahaan daging kalengan misalnya, setiap kali penyembelihan sapi, akan diperoleh daging, kulit, dan lemak. Jadi kalau produsen hanya ingin mengolah daging saja, tidak bisa jika ia tidak mengolah atau memanfaatkan kulitnya (seperti halnya dibuat makanan atau dijual dalam bentuk olahan dari kulit)
Produk sampingan dapat digolongkan sesuai dengan dapat tidaknya produk tersebut dijual pada saat terpisah dari produk bersama dari produk utama.
a.       Produk sampingan yang dapat dijual setelah terpisah dari produk utama, tanpa memerlukan pengolahan lebih lanjut.
b.      Produk sampingan yang memerlukan proses pengolahan lebih lanjut setelah terpisah dari produk utama.
Contoh produk sampingan yang tidak memerlukan proses pengolahan lebih lanjut setelah terpisah dari produk utamanya terdapat dalam proses penggilingan gabah. Produk sampingan berupa menir, katul, dedak, yang dapat langsung dijual setelah terpisah dari beras.
B. Joint cost dan Common Cost
            Biaya bersama dapat diartikan sebagai biaya overhead bersama (joint overhead cost) yang harus dialokasikan kebagian departemen, baik dalam perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan maupun yang kegiatan produksinya yang dilakukan secara massa.
            Biaya produksi bersama (join product cost) adalah biaya yang dikeluarkan sejak mula – mula bahan baku di olah sampai dengan berbagai macam produk saat dipisahkan identifikasinya. Biaya produk bersama ini terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik.
            Biaya bergabung dan biaya bersama dapat dibedakan ditinjau dari sudut alokasinya. Dasar yang dipakai untuk mengalokasikan biaya bergabung harus menggambarkan aliran biaya tersebut dalam proses produksi atau kepada produk. Atau dalam kata lain alokasi biaya bergabung dianggap biaya tersebut dapat mengikuti jejak alirannya, atau diidentifikasi kepada proses atau produk tertentu.  Biaya bersama dikeluarkan untuk mengolah bahan baku berbagai macam produk yang dapat berupa produk bersama (join Product), produk sampingan (by-product), dan produk sekutu (co-product).
            Sedangkan menurut Abdul Halim (1998; 125) dalam bukunya dasar-dasar akuntansi biaya 2, biaya bersama adalah biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi produk menjadi beberapa macam.
            Dan menurut Supriyono (1999; 238) dalam bukunya akuntansi biaya , biaya bersama adalah biaya produksi yang terdiri atas biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik yang semuanya tidak dapat diikuti jejaknya pada macam produk tertentu.
            Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan biaya bersama adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengolah bahan baku, tenaga kerja dan overhead pabrik yang menghasilkan dua jenis produk atau lebih.
Pengertian biaya bersama
1.      Biaya bersama dapat didefinisikan sebagai biaya overhead bersama (joint overhead cost) yang harus dialokasikan ke berbagai departemen, baik dalam perusahaan yang kegiatan produksinya berdasarkan pesanan maupun kegiatan produksinya secara massa.
2.      Biaya produk bersama (joint product cost) adalah biaya yang dikeluarkan sejak bahan baku diolah sampai dengan berbagai produk dapat dipisahkan identitasnya. Biaya produk bersama ini terdiri dari biaya bahan baku, bioaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik.
            Pengertian pertama biaya bersama diatas disebut biaya bergabung (common cost), sedangkan pengertian yang kedua disebut biaya bersama (joint cost). Biaya bergabung ialah biaya-biaya untuk memproduksi dua atau lebih produk terpisah (tidak diolah bersama) dengan fasilitas sama pada saat yang bersamaan.
            Perbedaan pokok antara biaya bergabung dan biaya bersama yaitu bahwa biaya bergabung dapat diikuti jejak alirannya ke berbagai produk yang terpisah tersebut atas dasar sebab akibat, atau dengan menelusuri jejak penggunaan fasilitas. Biaya bergabung juga tidak meliputi biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Di lain pihak biaya bersama tidak dapat diikuti jejak alirannya ke berbagai macam produk yang dihasilkan dan meliputi biaya-biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik

C. Metode Alokasi Biaya Bersama.
            Biaya bersama dapat dialokasikan kepada tiap-tiap produk bersama dengan menggunakan salah satu dari empat metode dibawah ini :
a.     Metode Nilai Pasar / Nilai Jual Relatif
            Metode ini mengasumsikan bahwa setiap produk yang dihasilkan dalam proses produksi bersama memiliki nilai jual atau nilai pasar yang berbeda. Perbedaan nilai pasar disebabkan tingkat pemakaian biaya yang berbeda, produk yang mengkonsumsi biaya yang tinggi memiliki nilai jual tinggi juga dan sebaliknya.
Contoh:
            Biaya produksi bersama untuk pemrosesan minyak mentah sebesar Rp 1.500.000. Proses produksi bersama menghasilkan secara bersamaan bensin sebesar 50.000 liter, minyak pelumas sebanyak 30.000 liter dan minyak tanah sebesar 20.000 liter. Harga jual setiap produk per liter setelah titik pisah adalah bensin Rp 5.500, minyak pelumas Rp3.000 dan minyak tanah Rp 1.750. Hitung alokasi biaya bersamanya.
Produk
Bersama
Jumlah
Produk
(liter)
(1)
Harga Jual
/ Unit
 (2)
Nilai Jual
(3)=(1)x(2)
Nilai Jual
Relatif
(%)
(4)
Alokasi Biaya
Bersama
(5)=(4)x1.500.00
0
Biaya /
Unit
(6)=(5)/(1
)
Bensin
50.000
5.500
275.000.000
68,75
1.031.250
21
Pelumas
30.000
3.000
90.000.000
22,5
337.500
12
Minyak
tanah
20.000
1.750
35.000.000
8,75
131.250
7
Total
100.000

400.000.000
100
1.500.000

 b.    Metode rata-rata biaya per satuan
            Metode ini digunakan jika dari satu proses produksi bersama dihasilkan beberapa produk dengan kualitas yang berbeda, dan produk bersama yang dihasilkan diukur dalam satuan yang sama. Penentuan biaya untuk setiap produk dihitung sesuai dengan proporsi kuantitas masing-masing produk yang dihasilkan.
Contoh:
            Berdasarkan contoh soal diatas, total produksi sebesar 100.000 liter, dengan biaya produksi rata-rata per liter adalah Rp 15 (Rp1.500.000/100.000). Alokasi biaya bersama sebagai berikut:
Produk
Kuantitas
Rata-rata biaya per
satuan
Alokasi Biaya Bersama
Bensin
50.000
15
750.000
Pelumas
30.000
15
450.000
Minyak tanah
20.000
15
300.000
Total
100.000

1.500.000

 c. Metode rata-rata tertimbang
            Asumsi yang mendasari adalah setiap produk yang dihasilkan dalam proses produksi bersama memiliki faktor penimbang yang berbeda, seperti tingkat kesulitan pembuatan produk, waktu yang dikonsumsi, keahlian tenaga kerja, kualitas produk yang dihasilkan, dll. Penentuan alokasi biaya bersama pada setiap produk didasarkan atas perkalian jumlah unit produk dengan angka penimbang, dan hasilnya digunakan sebagai dasar untuk alokasi.
Contoh:
            Berdasarkan contoh soal diatas, angka penimbang untuk setiap produk adalah bensin 3, minyak pelumas 2, dan minyak tanah 1. Alokasi biaya bersamanya sebagai berikut:




Produk
Jumlah produk
(1)
Angka
penimbang
(2)
Jumlah produk x
angka penimbang
(3)=(1)x(2)
Alokasi biaya
bersama
(4)=(3)/230.000
x Rp1.500.000
Bensin
50.000
3
150.000
Rp 978.261
Pelumas
30.000
2
60.000
391.304
Minyak tanah
20.000
1
20.000
130.435
Total
100.000

230.000
Rp1.500.000

 d.    Metode unit kuantitatif
            Asumsi yang mendasari adalah setiap produk yang dihasilkan dalam proses produksi bersama menggunakan bahan baku sesuai dengan tingkat pemanfaatan bahan baku yang terdapat pada setiap produk yang dihasilkan. Setiap produk dapat diidentifikasi sesuai dengan tingkat pemanfaatan bahan baku dalam ukuran satuan yang sama.
Contoh:
Produk
Kuantitas (1)
Persentase (%)
(2)=(1)/100.000
Alokasi Biaya
Bersama
(3)=(2)xRp1.500.000
Bensin
50.000
50
Rp 750.000
Pelumas
30.000
30
450.000
Minyak tanah
20.000
20
300.000
Total
100.000
100
Rp1.500.000


D. Penerapan Perlakuan Produk Sampingan
Dalam produk sampingan, yang menjadikan permasalahan adalah bagaimana memperlakukan pendapatan penjualan produk sampingan tersebut. Pengakuan adanya produk sampingan ini menyangkut perlakuan terhadap harga pokok produk sampingan, biaya untuk memproses produk sampingan, dan hasil penjualan produk sampingan. Alokasi biaya bersama kepada produk utama dan produk sampingan pada umumnya dianggap tidak perlu, karena nilai produk sampingan relatif rendah bila dibandingkan dengan produk utama. Tetapi dalam kenyataannya ada beberapa metode yang mengalokasikan biaya bersama kepada produk utama dan produk sampingan.
Metode-metode akuntansi yang dapat diterima untuk menetapkan biaya produk sampingan dibagi dalam dua kategori, yaitu:
1.  Metode yang hanya melakukan pencatatan terhadap hasil penjualan produk sampingan, tanpa menghitung harga pokok produk sampingan tersebut (metode tanpa harga pokok / Non Cost Method). Dalam metode ini biaya-biaya produksi hanya dibebankan ke produk utama, kemudian hasil penjualan produk sampingan dicatat langsung sebagai pendapatan / pengurang terhadap biaya-biaya produksi.
Dalam metode ini terdapat beberapa cara perlakuan terhadap hasil penjualan produk sampingan sebagai berikut :
a)      Hasil penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai pendapatan lain-lain / pendapatan diluar usaha.
b)      Hasil penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai tambahan terhadap hasil penjualan produk utama. Dengan demikian dalam cara ini pendapatan usaha bertambah.
c)      Hasil produk sampingan diperlakukan mengurangi harga pokok penjualan.
d)     Hasil penjualan produk sampingan diperlakukan mengurangi total biaya produksi.
e)      Nilai pasar produk sampingan dikurangkan ke total biaya produksi (Metode Nilai Pasar / reversal Cost Method)
2. Metode yang membebankan biaya-biaya produksi ke produk utama dan produk sampingan (Metode Harga Pokok / Cost Method). Dalam metode ini biaya-biaya produksi dialokasikan baik ke produk utama maupun produk sampingan. Sedangkan harga pokok produk sampingan ditetapkan sebesar harga beli / nilai pengganti (Replacement Cost) yang berlaku di pasar. Harga pokok tersebut di kredit perkiraan “ Barang Dalam Proses Bahan Baku ”. Dengan demikian biaya produksi (bahan baku) untuk produk utama berkurang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar